GAGAL GINJAL KRONIK
Di Indonesia peningkatan penderita penyakit gagal
ginjal kronik mencapai angka 20%. Pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah penderita gagal ginjal
kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk.berdasarkan data
dari Indonesia Renal Registry. (Roderick, 2008).
Ginjal
adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner (traetsu urinalius) yang
bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh
seperti diketahui setelah sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi,
maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses
metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh (Vita
Health, 2008)
Gagal ginjal
kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Menurut Brunner & Suddarth, 2002).
Bila seseorang mengalami penyakit
ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik
(gagal ginjal) dimana laju filtrasi glomerulus (15 ml/menit) ginjal tidak mampu
lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkan, Terapi
untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi
ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal
(Nikon D. Cahyaningsih, 2009. hal:1)
Pelayanan
asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesehatan dan
menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-hari,
penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 2004).
Pasien
dengan GGK perlu ditangani dengan baik karena penyakit ginjal ini memiliki
beberapa tahapan seperti ringan, sedang atau berat (Suhardjono, 2003). Gangguan
ginjal yang telah berada pada tahap berat ditunjukkan dengan ketidak mampuan
ginjal membuang sisa-sisa zat metabolisme dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan
tubuh dipenuhi dengan air dan racun sehingga timbul gejala seperti mual, muntah
dan sesak napas yang memerlukan hemodialisis darah sesegera mungkin (Indonesian
Kidney Care Club/IKCC, 2008).
Bagi pasien gagal ginjal,hemodialisamerupakan hal yang sangat penting karena
hemodialisa merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah kematian. Namun
demikian, hemodialisa tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal
karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik penyakit ginjal
atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta
terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pada pasien yang
menderita penyakit gagalginjal harus menjalani dialisa sepanjang
hidupnya(Smeltzer dan Suzanne, 2002). Pada pasien gagal ginjal untuk menambah
atau memperpanjang usia pasien dapat dilakukan suatu tindakan yang dinamakan
hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami
difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju
kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik
utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama
yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon
terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu (Price dan Wilson, 1995). Sedangkan
menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan
larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke
dalam dialisat.
Hemodialisa
merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh
para penderita gagal ginjal terminal. Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah
untuk menggantikan kerja dari ginjal yaitu menyaring dan membuang sisa-sisa
metabolisme dan kelebihan cairan, Membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam
tubuh serta membantu menjaga tekanan darah (Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia,
2008).
Hemodialisa dilakukan padasaat toksin atau zatracun harus segera
dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian agar
dapat mempertahankan kelangsungan hidup pasien. Sesuai dengan pernyataan
tersebut diatas, maka pasien dan keluarga memerlukan bantuan, penjelasan, dan
dukungan selama masaini. Karena nasihat dan dukungan keluarga pada pasien GGK
sangat berpengaruh dalam menjalani terapi hemodialisa (Smeltzer dan Suzanne,
2002). Namun sungguh sulit bagi seseorang untuk menerima kenyataan bahwa
dirinya harus menjalani cuci darah seumur hidup dengan proses hemodialisa yang
berjalan selama 4-5 jam (tiap kali tindakan) dapat menimbulkan kejenuhan
sehingga dibutuhkanpendamping untuk memotivasi selama menjalani terapi tersebut,
dampak dan proses cuci darah menyebabkan hidup tidak nyaman dan pasien harus
memahami apabila tindakan hemodialisa ini terhenti tanpa anjuran dari tenaga
medis dapat mengakibatkan keadaan lebih fatal bahkan kematian (Alam, 2007).
Salah satu
faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ketahun
didunia, karena kurangnya kesadaran masyarakat terhdap deteksi dini penyakit
tersebut. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah diagnosis dini dan
pencegahan yang efektif terhadap komplikasi GGK. (novianti, 2009)
Prevalensi
gagal ginjal kronis berdasar diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen.
Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen.
Sementara DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing–masing 0,3 persen serta 0,2
persen untuk sumatera barat. (rikesda 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar