Entri Populer

Jumat, 13 Februari 2015

GGK


GAGAL GINJAL KRONIK

            Di Indonesia peningkatan penderita penyakit gagal ginjal kronik mencapai angka 20%. Pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk.berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry. (Roderick, 2008).
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner (traetsu urinalius)  yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah  sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan  pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh (Vita Health, 2008)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Menurut Brunner & Suddarth, 2002).
            Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik (gagal ginjal) dimana laju filtrasi glomerulus (15 ml/menit) ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkan,  Terapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal (Nikon D. Cahyaningsih, 2009. hal:1)
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 2004).
Pasien dengan GGK perlu ditangani dengan baik karena penyakit ginjal ini memiliki beberapa tahapan seperti ringan, sedang atau berat (Suhardjono, 2003). Gangguan ginjal yang telah berada pada tahap berat ditunjukkan dengan ketidak mampuan ginjal membuang sisa-sisa zat metabolisme dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dipenuhi dengan air dan racun sehingga timbul gejala seperti mual, muntah dan sesak napas yang memerlukan hemodialisis darah sesegera mungkin (Indonesian Kidney Care Club/IKCC, 2008). 
Bagi pasien gagal ginjal,hemodialisamerupakan hal yang sangat penting karena hemodialisa merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik penyakit ginjal atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pada pasien yang menderita penyakit gagalginjal harus menjalani dialisa sepanjang hidupnya(Smeltzer dan Suzanne, 2002). Pada pasien gagal ginjal untuk menambah atau memperpanjang usia pasien dapat dilakukan suatu tindakan yang dinamakan hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu (Price dan Wilson, 1995). Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.
Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh para penderita gagal ginjal terminal. Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari ginjal yaitu menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan, Membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta membantu menjaga tekanan darah (Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia, 2008). 
Hemodialisa dilakukan padasaat toksin atau zatracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup pasien. Sesuai dengan pernyataan tersebut diatas, maka pasien dan keluarga memerlukan bantuan, penjelasan, dan dukungan selama masaini. Karena nasihat dan dukungan keluarga pada pasien GGK sangat berpengaruh dalam menjalani terapi hemodialisa (Smeltzer dan Suzanne, 2002). Namun sungguh sulit bagi seseorang untuk menerima kenyataan bahwa dirinya harus menjalani cuci darah seumur hidup dengan proses hemodialisa yang berjalan selama 4-5 jam (tiap kali tindakan) dapat menimbulkan kejenuhan sehingga dibutuhkanpendamping untuk memotivasi selama menjalani terapi tersebut, dampak dan proses cuci darah menyebabkan hidup tidak nyaman dan pasien harus memahami apabila tindakan hemodialisa ini terhenti tanpa anjuran dari tenaga medis dapat mengakibatkan keadaan lebih fatal bahkan kematian (Alam, 2007).
Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ketahun didunia, karena kurangnya kesadaran masyarakat terhdap deteksi dini penyakit tersebut. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap komplikasi GGK. (novianti, 2009)
Prevalensi gagal ginjal kronis berdasar diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh,  dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing–masing 0,3 persen serta 0,2 persen untuk sumatera barat. (rikesda 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar