Entri Populer

Rabu, 15 April 2015

ronde keperawatan dan dengan SBAR




SBAR

SITUATION
1.Sebutkan nama pasien, umur,tgl masuk hari rawatan n dokter yg merawat
2.Sebutkan diognosa medis dan masalah keperawatan yg belum dan sudah teratasi

BACKGROUND
1.Jelaskan keluhan utama, intervensi yg telah dilakukan dan respon pasien dr setiap dx kep
2.Sebutkan riwayat alergi, pembedahan, pemasangan invasif, dan obat –obatan
3.Cairan IVFD
4.Jelakan pengetahuan pasien dan kel terhadap dx medis

ASSESMENT
1.    Jelaskan  hasil pengkajian terkini sep; VS, tingkat kesadaran, nyeri, branden skore, status restrain, resiko jatuh, status nutrisi, kemampuan eliminasi dll
2.    Jelaskan  hasil investigasi abnormal
3.     Jelaskan data pendukung  lab

RECOMMENDATION
1.    Recomendasikan intervensi keperawatan yang perlu dilanjurkan
2.    Discharge Planning
3.    Edukasi untuk pasien dan keluarga 



KOMUNIKASI VIA TELPON
v kajian kondisi pasien    
v Kumpulkan data  yg diperlukan terkait dengan kondisi  pasien yang akan dilaporkan
v Pastikan dx medis
v Baca dan pahami caper  terkini daN  hasil  pengkajian perawat shift  sebelumnya
v Siapkan medikal record pasien, riwayat  alergi,obat obatan/cairan infus yang
      digunakan saat ini

SITUATION
1.    Sebutkan nama anda dan nama dapartemen
2.    Sebutkan nama pasien,umur dx.medis:fraktur humerus kanan
.3. Pasien mengalami nyeri hebat
BACKGROUND
1.    Alergi antalagin dan terpasang infus RL 500cc+toradol 30 mg/8 jam
2.    RO:# humerus1/3 distal dekstra
3.    Luka laserasi dekat sekitar luka ada 4 ukuran 2-3 cm

ASSESMENT
     Ku.sedang,CM.pasien mengeluh nyeri sekali,skala nyeri:6-7. tampak pasien meringis. TD;130/80 mmHg,S;37,3 C,RR:24x/menit dan nadi:110 x/menit. Akral di jari tangan kanan dingin. Nafas mulai tampak sesak menahan kesakitan.

RECOMMENDATION
1.    Mengusulkan dokter untuk datang melihat pasien
2.     Pastikan jam kedatangan dokter
3.     Tanyakan pada dokter langkah selanjutnya yang akan di lakukan
4.     Usul:apakah ada therapi tambahan untuk nyer

Kode Etik yang wajib diketahui perawat

KODE ETIK KEPERAWATAN
 
Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa pancasila dan UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera di bawah ini:
Perawat dan Klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Perawat dan Praktik
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional

Perawat dan Masyarakat
1. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
Foto dulu sambil nunggu pasien... :p

Jumat, 13 Februari 2015

GGK


GAGAL GINJAL KRONIK

            Di Indonesia peningkatan penderita penyakit gagal ginjal kronik mencapai angka 20%. Pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk.berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry. (Roderick, 2008).
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner (traetsu urinalius)  yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah  sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan  pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh (Vita Health, 2008)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Menurut Brunner & Suddarth, 2002).
            Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik (gagal ginjal) dimana laju filtrasi glomerulus (15 ml/menit) ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkan,  Terapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal (Nikon D. Cahyaningsih, 2009. hal:1)
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 2004).
Pasien dengan GGK perlu ditangani dengan baik karena penyakit ginjal ini memiliki beberapa tahapan seperti ringan, sedang atau berat (Suhardjono, 2003). Gangguan ginjal yang telah berada pada tahap berat ditunjukkan dengan ketidak mampuan ginjal membuang sisa-sisa zat metabolisme dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dipenuhi dengan air dan racun sehingga timbul gejala seperti mual, muntah dan sesak napas yang memerlukan hemodialisis darah sesegera mungkin (Indonesian Kidney Care Club/IKCC, 2008). 
Bagi pasien gagal ginjal,hemodialisamerupakan hal yang sangat penting karena hemodialisa merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik penyakit ginjal atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pada pasien yang menderita penyakit gagalginjal harus menjalani dialisa sepanjang hidupnya(Smeltzer dan Suzanne, 2002). Pada pasien gagal ginjal untuk menambah atau memperpanjang usia pasien dapat dilakukan suatu tindakan yang dinamakan hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu (Price dan Wilson, 1995). Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.
Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh para penderita gagal ginjal terminal. Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari ginjal yaitu menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan, Membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta membantu menjaga tekanan darah (Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia, 2008). 
Hemodialisa dilakukan padasaat toksin atau zatracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup pasien. Sesuai dengan pernyataan tersebut diatas, maka pasien dan keluarga memerlukan bantuan, penjelasan, dan dukungan selama masaini. Karena nasihat dan dukungan keluarga pada pasien GGK sangat berpengaruh dalam menjalani terapi hemodialisa (Smeltzer dan Suzanne, 2002). Namun sungguh sulit bagi seseorang untuk menerima kenyataan bahwa dirinya harus menjalani cuci darah seumur hidup dengan proses hemodialisa yang berjalan selama 4-5 jam (tiap kali tindakan) dapat menimbulkan kejenuhan sehingga dibutuhkanpendamping untuk memotivasi selama menjalani terapi tersebut, dampak dan proses cuci darah menyebabkan hidup tidak nyaman dan pasien harus memahami apabila tindakan hemodialisa ini terhenti tanpa anjuran dari tenaga medis dapat mengakibatkan keadaan lebih fatal bahkan kematian (Alam, 2007).
Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ketahun didunia, karena kurangnya kesadaran masyarakat terhdap deteksi dini penyakit tersebut. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap komplikasi GGK. (novianti, 2009)
Prevalensi gagal ginjal kronis berdasar diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh,  dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing–masing 0,3 persen serta 0,2 persen untuk sumatera barat. (rikesda 2013)